Tak Disangka! Pengacara Muda Ini Mantan Penjual Asongan di Terminal Palabuhanratu, Ini Kata Temen Seperjuangannya
Sukabumi – Perjalan hidup seseorang adalah rahasia Illahi, bagaimana dan seperti apa kedepannya tidak ada yang tahu pasti. Sebagai umat manusia kita hanya berusaha dan berjuang untuk mewujudkan cita-cita dalam hidup.
Manis, Asam, dan Pahitnya juga dirasakan oleh salah satu pengacara muda asal Sukabumi, ternyata dia adalah mantan pedagang asongan di terminal Palabuhanratu.
Hal ini diungkapkan oleh salah satu warga Palabuhanratu sebagai saksi seperjuangannya dalam perjalanan hidup meraih mimpi.
Kuswandi adalah salah satu teman dekat Fikri Abdul Aziz sewaktu jualan asongan di Terminal Palabuhanratu menceritakan kisah perjuangan hidupnya dengan Fikri abdul Aziz yang kini dikenal sebagai seorang pengacara muda yang sukses di nasional saat ini.
Kuswandi pun menuturkan kisah perjalanan hidup seorang Fikri Abdul Aziz yang kini sukses jadi pengacara muda dan pengusaha di nasional.
“Sekitar tahun 1997, Saya pernah jualan asongan di Terminal Bus Palabuhanratu Tepatnya di Jalur Bayah-Cikotok. Tempo hari ketika saya sedang berjualan, saya melihat ada anak baru dengan topi yang lusuh menawarkan asongan sama seperti saya, lalu saya samperin dan saya tanya-tanya atau kenalan, saya melihat sosok Fikri memang pekerja keras dan cerdas, karena sering berbahasa inggris dengan bule-bule di terminal Palabuhanratu,” kenang Kuswandi yang kini bekerja menjadi agen SAP (Satria Antaran Prima) di Dermaga Palabuhanratu, Kamis 06 September 2022.
Lanjut Kuswandi, Dulu dipanggilnya Udeh bukan Fikri, hari demi hari, Adam dan Udeh semakin akrab dan curhat masing-masing, saat itu Udeh sudah ditinggal Ayahnya, jadi Ayahnya sudah meninggal sejak iya kecil.
“Jadi karena kesulitan untuk biaya hidup, atas inisiatif sendiri Udeh atau Sekarang lebih dikenal dengan Fikri Abdul Aziz terjun ke terminal bis untuk jualan asongan,” terang Adam.
Masih kata Kuswandi, dirinya salut sama Udeh, karena bisa Bahasa Inggris dan banyak bule-bule yang beli dagangannya.
Karena ketertarikan itu, Kuswandi yang sudah putus sekolah pun timbul ingin belajar lagi.
Menurut pengakuan Kuswandi, dirinya sempat tinggal atau ngekos di rumah Udeh hanya karena ingin belajar bahasa inggris, hingga akhirnya bisa sekolah lagi.
“Karena saya ingin bisa dan belajar, saya putuskan untuk kos dirumah udeh, jadi sebelum dan sesudah jualan asongan saya bisa belajar, bahkan saya diajarin agama, walaupun kita di jalanan tapi kewajiban ibadah tetap nomor satu, itu pesan Udeh atau Fikri kesaya dulu,” ungkapnya.
Lebih lanjut Kuswandi mengungkapkan bahwa dirinya banyak ditolong Udeh, diberi semangat dan pelajaran hidup yang luar biasa, dan berkat bantuan Udeh Adam pun lanjutkan sekolahnya di Mts Al hasanah Palabuhanratu.
“Untuk biaya hidup sehari-hari kami tetap jualan asongan di terminal. Namun untuk Fikri dia sambil buka kursus Bahasa Inggris di rumahnya, waktu itu yang berminat belajar juga cukup banyak, karena materi yang disampaikan oleh Fikri ini gampang dan mudah dipahami,” beber Kuswandi.
Setiap hari sabtu, di sekolah dulu ada Sepmi atau Serikant Pelajar Muslim Indonesia, di situ Adam belajar dan dilatih bagaimana bisa berbicara di depan orang lain serta memberikan di depan kelas.
“Saya sangat terkagum sekali ketika melihat Fikri menyampaikan materi di depan kelas, karena Ia sangat lihai sekali dalam menyusun kalimat yang disampaikan, pokonya dari dulu Fikri ini cerdas dan Ibadahnya juga bagus deh,” cerita Kuswandi.
Setelah Mts, Adam pun menyusul Fikri masuk SMA I Negeri Palabuhanratu.
“Singkat cerita, saya melanjutkan sekolah ke SMA 1 Negeri 1 Palabuhanratu yang waktu itu Fikri sudah kelas 2, sedangkan saya baru kelas 1. Dan saya masih jualan asongan di terminal, sedangkan Fikri lebih fokus pada Kursusannya yang dia rintis.
Sepengetahuan saya, sambung Kuswandi menceritakan lagi bahwa Fikri dari dulu tipikal pekerja kerasa dan galak kalau urusan agama.
“saya sering di ingatkan kalau waktunya Solat. Dia juga aktif di berbagai organisasi sekolah dan di lingkungannya juga terpilih menjadi Sekretaris Irma yaitu Ikatan Remaja Masjid Agung Palabuhanratu,” sambung Kuswandi.
Kuswandi pisah sama Fikri, karena Fikri Kuliah di Undip Semarang dan Adam mengelola Kursusnya.
“Saya juga ga sangka, yang dulu saya panggil Udeh sekarang menjadi Pengacara Sukses dan Pengusaha Sukses, bagi saya beliau saya anggap kaka, banyak ilmu hidup yang diberikan kesaya sampai saat ini,” tutupnya.
Saat dikonfirmasi melalui Sambungan Whatsappnya, Fikri Abdul Aziz mengakui bahwa itu benar adanya terjadi.
“Ya memang itu, sebagain perjalanan saya, apa yang diceritakan sahabat saya, Kuswandi ya memang begitu. Makanya saya sangat meyakini dengan perjuangan tidak ada yang mustahil, Man jadda wajada,” kata Fikri yang banyak menerima Beasiswa sejak Kuliahnya.
Reporter : Hilman