Ngawi ][ gardapelitanews.com – Dalam rangka melestarikan budaya Jawa,tradisi nyadran tentunya sudah tidak asing lagi bagi kita semua. Nyadran atau lebih populernya bersih desa merupakan tradisi pembersihan makam oleh masyarakat Jawa, umumnya di pedesaan. Dalam bahasa Jawa, nyadran berasal dari kata sadran yang artiya ruwah syakban. Suatu rangkaian budaya yang berupa pembersihan makam leluhur, tabur bunga, dan puncaknya berupa kenduri selamatan di makam leluhur.
Kegiatan Nyadran di Jawa sangat eksotik, unik dan menarik. Karena tidak hanya dilakukan oleh Agama atau golongan tertentu saja. Terlepas apapun keyakinannya soal Nyadran menjadi hal yang perlu dilaksanakan. Karena ini bagian dari adabnya Anak Keturunan Jawa, berkaitan dengan balas budi dan perwujudan rasa syukur, tiap-tiap daerah memiliki ragam cara tersendiri untuk melaksanakannya. Ada yang dikerjakan perorangan, ada juga yang dilakukan secara bersama-sama dalam satu keluarga atau pun satu kampung.
Di Desa Kwadungan Lor Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi. Kegiatan Bersih Desa tiap tahunnya diselenggarakan khusus di desa Kwadungan lor ini diawali dengan arakan empat gunungan sedekah bumi yang dibawa keliling dusun menuju ke Sendang Bojo.Acara berikutnya dilanjutkan dengan kesenian jawa yakni gambyong bertempat di Sendang bojo yang merupakan cikal bakal dari Desa Kwadungan lor.
Hadir dalam acara bersih desa yakni Danramil Padas beserta anggota ,Babinkamtibmas,Kepala desa Kwadungan Lor beserta perangkat,BPD ,Tokoh masyarakat,beserta masyarakat Desa Kwadungan Lor.
Kepala Desa Kwadungan Lor, Sutriyono mengatakan,” bersih desa ini diadakan tiap tahun karena ini sudah tradisi turun temurun yang harus dilestarikan. Dan berharap dengan bersih desa ini, masyarakat Desa Kwadungan Lor selalu diberi kesehatan, terhindar dari marabahaya dan para pemimpin yang diberi kekuatan iman lahir dan batin untuk selalu mengabdi demi kemajuan pembangunan di desa.
Sutriyono juga berharap bahwa generasi yang sekarang ini apalagi generasi muda agar tidak lupa kepada pendahulunya. Leluhur mungkin sudah terkubur bumi, namun nilai-nilai kesejarahan tetap terpatri, takkan lenyap begitu saja dihempas modernisasi.(ARIS.B).