Gardapelitanews.com|| Kabupaten Cirebon- Pameran Keris Nasional bertema “Eksistensi Gaman Jawa Barat” resmi dibuka di Pendopo Bupati Cirebon, Jumat (12/9/2025), dengan melibatkan ratusan kolektor dan pegiat budaya dari berbagai daerah nusantara.

Kegiatan itu menjadi sarana melestarikan warisan leluhur sekaligus memperkenalkan nilai kearifan lokal kepada generasi muda di tengah derasnya arus teknologi digital.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Cirebon, Abraham Mohammad, menuturkan pameran ini merupakan ikhtiar menjaga identitas budaya daerah melalui pengenalan tosan aji.

“Esensinya bagaimana kita menyosialisasikan kepada generasi muda yang sekarang sering main gawai, agar bisa mencintai kearifan lokal berupa tosan aji,” katanya.

Ia menjelaskan, berbagai benda seperti keris, tombak, hingga golok bukan hanya dikaitkan dengan unsur mistis, melainkan hasil tempa tradisi yang sarat nilai budaya nusantara.

Menurut Abraham, dengan menghidupkan kearifan lokal, identitas budaya Cirebon akan semakin kuat. Karena itu, pemerintah daerah menempatkan pameran sebagai agenda yang perlu digelar secara berkelanjutan.

Ketua Paguyuban Saketi sekaligus panitia pelaksana, Gunawan Wibiksana, mengatakan pameran tahun ini diikuti sekitar 200 peserta dengan 100 meja koleksi. Jumlah itu sengaja dibatasi mengingat tingginya antusiasme para kolektor.

“Kalau tidak dibatasi, bisa lebih dari itu. Peserta datang dari Lombok, Bali, hingga Surabaya. Harusnya kalau didata bisa ribuan,” ujarnya.

Gunawan menambahkan, pameran kali ini berbeda dengan tahun sebelumnya, karena menghadirkan demonstrasi tempa keris dan ukir gagang keris. Menurutnya, kegiatan seperti itu baru pertama kali dilakukan di Jawa Barat.

Ia menuturkan, keris yang dulunya berfungsi sebagai senjata mengalami evolusi menjadi peninggalan sejarah, seni, dan budaya.

Hal itu mendorong perlunya edukasi agar generasi muda bisa memahami nilai sebenarnya.

Untuk itu, pihaknya sejak empat tahun terakhir menggandeng Disbudpar dan Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon mengadakan seminar tentang gaman.

Kegiatan tersebut ditujukan bagi guru SMP, agar dapat menyampaikan pemahaman tosan aji di sekolah.

“Edukasi ini penting supaya keris tidak lagi dianggap menakutkan. Dogma negatif soal keris sebenarnya warisan kolonial Belanda, agar masyarakat tidak lagi membawa senjata tajam,” kata Gunawan.

Ia menyebutkan, pada masa penjajahan banyak orang Belanda yang tewas akibat keris, sehingga kemudian dibuat stigma bahwa benda itu membawa sial. Padahal, keris justru merupakan simbol kearifan dan keteguhan masyarakat nusantara.

Sementara itu, Staf Khusus Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Bidang Sejarah dan Pelindungan Warisan Budaya, Basuki Teguh Yuwono, mengapresiasi penyelenggaraan pameran yang dinilainya mampu memperkuat ekosistem kebudayaan.

Menurutnya, kegiatan seperti ini tidak hanya memperlihatkan koleksi keris, tetapi juga melibatkan berbagai pihak mulai dari komunitas, pemerintah daerah, hingga sektor swasta dalam pelestarian budaya.

“Kita harus menyadari Indonesia adalah negara ‘mega diversity’. Keris adalah contoh nyata warisan budaya yang hampir setiap daerah memiliki ciri khasnya,” kata Basuki.

Ia menegaskan, pelestarian budaya harus dijalankan secara sinergis agar warisan leluhur dapat terus diwariskan.

Payung hukum melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, kata dia, menjadi pijakan penting menjaga empat pilar utama yakni pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan kebudayaan.

Basuki berharap, pameran semacam ini terus digelar secara berkesinambungan, sehingga mampu memperkuat identitas bangsa dan menjadi pengikat kebersamaan masyarakat di tengah keberagaman. (Agung)

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *