Gardapelitanews.com | Cibinong – Hari Jadi Bogor (HJB) ke-543 tahun ini tak sekadar seremonial. Di balik gegap gempita perayaan yang digelar serentak di seluruh wilayah Kabupaten Bogor, terselip pesan moral dan budaya yang kuat.selasa ( 03/06/25)

Anggota DPRD Kabupaten Bogor, Aan Triana Al Muharom, mengungkap ada makna mendalam dari jargon daerah yang digaungkan dalam momen sakral ini: “Sacangreud Pageuh, Sagolek Pangkek.”

Menurut Aan, tidak banyak orang tahu. kalimat tersebut bukan sekadar hiasan spanduk atau poster HJB.

Aan mengungkapkan, frasa yang ada pada jargon tersebut merupakan bagian dari sampiran elemen dalam sastra Sunda yang menyiratkan ritme dan keindahan bunyi, namun juga menyimpan filosofi luhur.

“Sacangreud pageuh, sagolek pangkek itu artinya kita harus komitmen dan konsisten. Kalau sudah janji, harus ditepati,” tegas Aan.

Namun ternyata, itu baru permulaan. Kalimat tersebut merupakan bagian dari satu rangkaian panjang petuah Sunda yang padat makna.

“Sacangreud pageuh sagolek pangkek, hade gogod hade tagog, bengkung ngariung bongkok ngaronyok, tijin kana jangji ulah lunca linci luncat mulang udar tina tali gadangna,” kata Aan.

Sekretaris DPD Golkar Kabupaten Bogor ini menyampaikan bahwa filosofi dari bait tersebut merupakan pegangan hidup masyarakat Sunda yang relevan sepanjang masa, termasuk dalam membangun daerah dan bangsa.

Lebih lanjut, Aan memaparkan, setiap baris dari ungkapan ini mengandung nilai-nilai luhur yang selaras dengan tantangan zaman modern.

Berikut ini nilai-nilai luhur dari jargon HJB ke-543:

Sacangreud Pageuh, Sagolek Pangkek.

Komitmen dan konsistensi dalam bertindak. Setiap langkah harus terikat janji dan nilai moral.

Menjaga perilaku, sopan santun, dan etika dalam setiap aspek kehidupan.

Bengkung Ngariung, Bongkok Ngaronyok.

Semangat gotong royong dan kebersamaan dalam menghadapi

Tijin Kana Janji, Ulah Lunca Linci Luncat Mulang Udar Tina Tali Gadangna.

Menjunjung tinggi kejujuran dan loyalitas terhadap janji. Jangan lari dari tanggung jawab.

Aan menekankan bahwa jargon ini seharusnya bukan hanya menjadi tema seremonial, tapi juga kompas moral dalam kepemimpinan dan kehidupan bermasyarakat.

“Kalau kita benar-benar memahami maknanya, ini bisa jadi landasan dalam membangun Kabupaten Bogor yang bermartabat,” ucapnya.

Di tengah dinamika sosial-politik dan derasnya arus digitalisasi, pesan-pesan budaya seperti ini bisa menjadi jangkar identitas dan integritas masyarakat Bogor.

Hari Jadi Bogor ke-543 bukan sekadar selebrasi umur, tapi pengingat untuk kembali pada akar nilai: jujur dalam janji, bersatu dalam langkah, dan berkomitmen pada kebaikan. (**)

Editor : GPN

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *